Mendadak Semarak Budaya Antri TantanganGurusianahari ke-3
Mendadak Semarak Budaya Antri
Sering kita temui antrian dalam kehidupan sehari-hari, suatu kejadian yang biasa. Menunggu di depan loket untuk mendapatkan tiket kereta api atau tiket bioskop, pada pintu jalan tol, pada bank, pada kasir supermarket, dan situasi–situasi yang lain bukan merupakan hal yang baru.
Namun pada kenyataannya kita tidak suka menunggu, bahkan tak heran bila ada pendapat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Karenanya, sulit sekali menanamkan budaya antri di negara kita. Kebanyakkan orang ingin selalu mendahului dan ingin menjadi yang terdepan.
Beberapa kebiasaan tidak baik dan pelanggaran sering kita lihat. Misalnya ada penyerobotan di tempat antri ke toilet. Bergerombol ketika akan memasuki bis kota atau berebut naik angkot. Bahkan ketika yang lain berpayah-payah menunggu dengan penuh peluh, masih saja ada yang tega menyela menerobos masuk barisan.
Padahal mengantri itu hal yang sederhana dan sangat mudah dilakukan. Termasuk kegiatan sosial yang murah tidak harus keluar biaya. Melalui budaya antri kita dapat menghargai orang lain, peduli, jujur, sabar, patuh, cerdas, dan mengembangkan karakter disiplin.
Sejak pandemi covid-19 melanda negeri ini, justru kita mendapatkan pembelajaran luar biasa. Tiba-tiba budaya antri semarak di mana-mana. Bukan saja di tempat umum seperti bank, bioskop, kasir supermarket dan lainnya. Kini semua tempat umum tanpa kecuali bahkan di rumah-rumah pun budaya antri mendadak viral. Hal ini terjadi Karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang harus dipatuhi semua warga.
Ketika masuk ATM, biasanya menunggu giliran dengan bergerombol, atau berdiri seenaknya yang penting kosong langsung serbu. Tetapi sekarang berbeda, antrian panjang nampak indah. Dengan jarak minimal 1 meter. Tak ada yang saling berebut masuk atau saling tuduh siapa yang duluan, semuanya tertib. Ketika masuk tempat umum entah itu bank, supermarket, atau instansi pemerintah/swasta bahkan perkantoran selalu ada antrian. Ada cek suhu, hand sanitizer, atau sabun dan wastafel. Lebih bersih, higienis dan terjaga tangan ini. Tidak lupa masker melengkapi penutup mulut dan hidung. Setiap ruangan yang duduk selalu berjarak, sehingga pengunjung tempat umum tak merasa sesak, sekalipun ruangan kecil. Tak ada lagi yang berdesakkan berebut tempat, semua begitu tertib.
Beginilah cara Allah menegur umat-Nya dengan begitu halus dan lembut. Memberikan peringatan tanpa amarah. Memupuk kesadaran tanpa siksaaan. Namun sangat luar biasa dampaknya kita rasakan. Belum terlambat untuk selalu berubah dan berbuat baik. Semoga masyarakat memang kini lebih menyadari. Sebab budaya antri menunjukkan martabat suatu negeri. Tidak perlu diingatkan “Harap Antri” atau ditegur dulu sudah mengerti untuk mengantri. Semoga selamanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semakin keren
Kereennn
Antre, demi kebaikan bersama. Salam literasi.